MEDIA
PEMBELAJARAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM MATERI PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Media berasal dari
bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara
atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli
memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara
itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku,
film, video dan sebagainya. Sedangkan, National
Education Associaton
(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk
teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
Brown
(1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas
pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi
sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat
bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke 20 usaha pemanfaatan visual
dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat
bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas
dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media
pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana
dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh
guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia
di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja
dirancang.
Rudy
Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara,
visual dan gerak) :
Media
audio
Media
cetak
Media
visual diam
Media
visual gerak
Media
audio semi gerak
Media
visual semi gerak
Media
audio visual diam
Media
audio visual gerak
Anderson
(1976) menggolongkan menjadi 10 media :
Audio
: kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Cetak :
buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
Audio-cetak
: kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Proyeksi
visual diam : overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
Proyeksi
audio visual diam : film bingkai slide bersuara
Visual
gerak : film bisu
Audio
visual gerak : film gerak bersuara, video/VCD, televisi
Obyek
fisik : benda nyata, model, spesimen
Manusia
dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran
Komputer
: CAI
Schramm
(1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu:
media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide,
audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media
berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan
serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas
ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual
(untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich,
dkk menggolongkannya menjadi :
Media
yang tidak diproyeksikan
Media
yang diproyeksikan
Media
audio
Media
video
Media
berbasis komputer
Multi
media kit.
Jadi,
secara garis besar media dapat diklasifikasikan menjadi :
Media
Visual
Media
yang tidak diproyeksikan
Media
realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di
ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan
dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata
kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup,
klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
Model
adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan
representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan
model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia.
Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan,
peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
Media
grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui
simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik
perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu
fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui
penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah :
Gambar
/ foto: paling umum digunakan
Sketsa:
gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa
detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan
verbalisme, dan memperjelas pesan.
Diagram
/ skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk
menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal
untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
Bagan
/ chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah
dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan
butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai
bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang
verbal.
Grafik:
gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau
bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk
mempelajari pertumbuhan.
Media
proyeksi
Transparansi
OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata
letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka
dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media
transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT)
dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan
media transparansi, yaitu:
Film
bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm
dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film
bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir
sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan
lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan
peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan
dibutuhkan proyektor slide.
Media
Audio
Radio
Radio
merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk
mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa
kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah
kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media
pembelajaran yang cukup efektif.
Kaset-audio
Yang
dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah.
Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya
pengadaan dan perawatan murah.
Media
Audiovisual
Media
video
Merupakan
salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak
dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk
VCD.
Media
komputer
Media
ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain
mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat
digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang
disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar
menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir
tanpa batas.
Media
memiliki beberapa fungsi, yaitu
:
Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,
tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.
Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang
dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk
gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan
audial.
Media
pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para
peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a)
obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang
bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e)
obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus;
(f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan
media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada
peserta didik.
Media
pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
Media
menghasilkan keseragaman pengamatan
Media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
Media
membangkitkan keinginan dan minat baru.
Media
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
Media
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
Secara
umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara
guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan
efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran
adalah:
Penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan
bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
diantara siswa dimanapun berada.
Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media
dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,
baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan
tidak membosankan.
Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan
media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa
media guru cenderung bicara satu arah.
Efisiensi
dalam waktu dan tenaga
Dengan
media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan
waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan
materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
Meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa
Media
pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih
mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru
saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan
kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui
media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja
Media
pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan
kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu
belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar
lingkungan sekolah.
Media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
Proses
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber
ilmu pengetahuan.
Mengubah
peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru
dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk
memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu
kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar,
dan lain-lain
Geografi
adalah pelajaran yang mengungkap fakta-fakta, data serta informasi
seputar ruang yang menjadi tempat tinggal manusia. Cakupan materinya
sangat luas mencakup informasi aspek fisik muka bumi, informasi dan
karakteristik budaya manusia dan hubungan keduanya. Menjadi guru
geografi mestinya memiliki pengetahuan keruangan dan pemahaman
disiplin ilmu pendukungnya seperti geologi, sosiologi, meteorologi,
klimatologi, oceanografi, kartografi, ilmu tanah dan astronomi.
Inilah yang menjadi masalah besar bagi pembelajaran geografi yang
disinyalir harian the telegraph mengalami penurunan kualitas di
berbagai negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat akhir-akhir ini.
Masalah
umum yang dijumpai guru-guru geografi di Indonesia mulai dari tingkat
dasar sampai pendidikan menengah adalah kurang tersedianya media
pembelajaran yang mendukung proses belajar siswa. Mempelajari ruang
atau permukaan bumi seperti jalur pegunungan dunia, persebaran dan
karakteristik samudera, laut, gurun, dan bentukan alam lainnya tentu
sangat dangkal jika hanya bermodalkan buku, peta dan informasi
melalui ceramah. Media yang bersifat nyata sangat diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman siswa. Namun menghadirkan alam dan berbagai
bentukan aslinya di ruang kelas sangatlah sulit atau bahkan mustahil.
Lalu bagaimana solusinya?
Salah
satu cara menghadirkan bentukan alam nyata di dalam kelas adalah
melalui penggunaan media visual dan audio. Kedua media ini masih
memerlukan perangkat tambahan yaitu pengetahuan guru menggunakan alat
(teknologi) untuk memvisualisasikan kedua media ini misalnya melalui
program komputer dan ketersediaan media yang dibutuhkan
Kriteria yang paling
utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila
tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata
tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak
yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat
motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa
digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat
melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan
peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
STALAKTIT, STALAKMIT dan COLUMNAR
Pembentukan
gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping.
Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air
tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di
permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga
mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya
kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan
membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di
tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam
bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang
tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua
lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air
cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang
terjadi di bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah
permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat
kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat
masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa
rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam.
Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin
karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan
sempit sekalipun.
Ukuran
besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi
dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh
jangka waktu proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang
terjadi di bawah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola
rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat
diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim
patahan atau aspek geologis lainnya.
Dari seluruh proses
kejadian terbentuknya gua, yang paling luas dan intensif adalah
gua-gua yang terbentuk pada formasi batu gamping yang umumnya
kemudian berkembang menjadi suatu bentang alam khas yang dikenal
sebagai bentang alam kars (karst, istilah internasional, berasal dari
bahasa Jerman yang diperkenalkan oleh Cvijic pada sekitar tahun 1850
dari istilah asli bahasa Slavia krs atau kras setelah ia meneliti
suatu daerah gersang di Slovenia/dulu Yugoslavia, timur laut
Trieste).
Mengapa pembentukan
gua sangat intensif di kawasan karst yang batuannya didominasi batu
gamping / batu kapur / limestone? Hal ini sangat terkait dengan sifat
batu gamping yang unsur utamanya adalah karbonat CaCO3 yang sangat
reaktif terhadap larutan asam, khususnya larutan senyawa asam yang
mengandung CO2. Walaupun secara kimiawi prosesnya sangat rumit dan
kompleks, tetapi proses pelarutan batu gamping secara sederhana
mengikuti persamaan reaksi berikut
:
CaCO3 + H2O + CO2
Ca+ + + 2HCO3
Proses dengan panah
bolak-balik tersebut menunjukan bahwa air yang mengandung senyawa
asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat.
Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat.
Maka selain adanya proses pelarutan yang membawa partikel karbonat
sehingga terjadi pelubangan dan pengguaan pada batu gamping, di
tempat lain terjadi proses pengendapan karbonat berikutnya. Ini
menerangkan proses selain terbentuknya gua itu sendiri, juga
terbentuknya hiasan-hiasan gua (stalactite, stalagmite, flowstone,
guardam, dll) yang merupakan hasil endapan karbonat dari pelarutan
karbonat di tempat lain.
Namun demikian tidak
sembarang batu gamping dan tidak sembarang tempat bisa membentuk gua.
Gua batu gamping (yang berlorong panjang dan berliku-liku) umumnya
berkembang akibat adanya proses pelarutan dan diperbesar oleh proses
erosi / abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan pada batu
gamping. Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup dan keberadaan air
tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini. Selain itu batu
gampingnya sendiri umumnya harus padat, murni karbonat dengan sedikit
campuran partikel lain, berlapis baik dan dalam kedudukan mendatar /
tidak miring terjal. Kondisi ideal di atas merupakan kondisi ideal
bagi berkembangnya perguaan dan biasanya berkembang menjadi kawasan
kars yang luas. Contoh daerah yang mempunyai kondisi ideal tersebut
antara lain di Pangandaran, Jawa Barat ; Karangbolong, Gombong
Selatan di Jawa Tengah ; Gunung Sewu yang sangat luas mulai dari
Yogyakarta, selatan Wonogiri Jawa Tengah hingga Pacitan di Jawa
Timur, yang kemudian bahkan menerus ke Tulungagung dan Blitar. Di
Sumatra kawasan kars cukup luas berada di Payakumbuh hingga
Sawahlunto, di Kalimantan terdapat di Sangkurilang, Kalimantan Timur
bagian utara, Sulawesi Selatan di Maros dan Toraja, serta di berbagai
tempat di Papua.
Stalaktit dan
Stalakmit adalah bentuk alam khas daerah Karst. Stalaktit dan
Stalakmit terbentuk akibat dari proses pelarutan air di daerah kapur
yang berlangsung secara terus menerus. Air yang larut di daerah karst
akan masuk kelubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan
menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Nah tetesan-tetesan air ini
lama-lama berubah jadi batuan yang bentuknya runcing-runcing seperti
tetesan air. Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua,
bentuknya meruncing kebawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang
terbentuk di dasar gua bentuknya meruncing keatas.
Stalaktit dan
stalagmit terbentuk akibat proses pelapukan kimiawi secara karbonasi
didaerah karst (kapur). Kalsit menjadi kalsium bikarbonat karena
bereaksi dengan air.
Di dalam gua kapur menetes air yang berasal dari air hujan. Karna itu
terjadi endapan batu kapur pada atap gua yaitu stalagtit.,tetesan
endapan dibawahnya kemudian membentuk stalagmit. Ciri-ciri Stalagtit
berlubang sedangkan stalakmit tidak berlubang, dan stalagtit lebih
runcing dan menggantung sedangkan stalagmit berlapis-lapis dan
dilantai gua.
- STALAKTIT
Stalaktit
(bahasa
Yunani: σταλάσσω, stalasso,
artinya "yang menetes") adalah jenis speleothem (mineral
sekunder) yang menggantung dari langit-langit guakapur.
Ia termasuk dalam jenis batu tetes (bahasa
Inggris: dripstone).
Stalaktit dari jenis yang disebut "sedotan soda", di gua
Choranche, Vercors, Perancis.
CaCO3(s)
+ H2O(l)
+ CO2(aq)
→ Ca(HCO3)2(aq)
Larutan
ini mengalir melalui bebatu sampai mencapai sebuah tepi, dan jika
tepi ini berada di atap gua
maka larutan akan menetes ke bawah. Ketika larutan mengalami kontak
dengan udara,
terjadi reaksi kimia yang terbalik dari sebelumnya dan partikel
kalsium karbonat tersimpan sebagai endapan. Reaksi kimia terbalik
tersebut adalah sebagai berikut.
Ca(HCO3)2(aq)
→ CaCO3(s)
+ H2O(l)
+ CO2(aq)
Tingkat
pertumbuhan rata-rata stalaktit adalah 0,13 mm (0,005 inci) setahun.
Pertumbuhan stalaktit tumbuh tercepat adalah yang dibentuk oleh air
yang mengalir cepat serta kaya akan karbonat kalsium dan karbon
dioksida, sehingga dapat tumbuh 3 mm (0,12 inci) per tahun.
Terbentuk
dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat
(CaCO3 ) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal
endapan yang membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua.
Berikut ini adalah reaksi kimia pada proses pelarutan batu gamping :
CaCO3
+ CO2 + H2O → Ca2 + 2HCO3
- STALAKMIT
stalakmit
merupakan kerucut karang kapur yang muncul dari bawah. Stalakmit
pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil
tetesan air dari atas langit-langit gua. Stalagmit juga dapat merujuk
ke jenis jamur.
Sebuah
stalagmit (Inggris: / stæləɡmaɪt
/, US: / stəlæɡmaɪt
/; dari σταλαγμίτης Yunani - stalagmit, dari σταλαγμίας
- stalagmias, "menjatuhkan, menetes" [1]) adalah jenis
speleothem yang naik dari lantai sebuah gua kapur karena tetesan
solusi mineralisasi dan deposisi kalsium karbonat.
Formasi ini stalagmit terjadi hanya dalam kondisi pH tertentu dalam
gua bawah tanah [2]. Pembentukan terkait di langit-langit gua dikenal
sebagai sebuah stalaktit. Jika formasi tersebut tumbuh bersama,
hasilnya adalah dikenal sebagai kolom.
Aula Giants di Carlsbad
Caverns.
Stalagmit
biasanya tidak boleh disentuh, karena penumpukan batuan dibentuk oleh
mineral mempercepat keluar dari larutan air ke permukaan tua, minyak
kulit dapat mengubah permukaan di mana air mineral akan melekat,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan formasi. Minyak dan kotoran dari
kontak manusia juga bisa menodai pembentukan dan perubahan warna
permanen.
Struktur
serupa juga dapat terbentuk dalam tabung lava, terkait dengan
beberapa jenis lavacicles, meskipun mekanisme pembentukan sangat
berbeda. Stalaktit dan stalagmit juga dapat terbentuk di
langit-langit dan lantai beton, meskipun mereka bentuk yang jauh
lebih cepat di sana daripada di lingkungan gua alam.
Para
stalagmit terbesar di dunia adalah 62,2 meter (204 kaki) tinggi dan
terletak di gua Cueva Martin Infierno, Kuba. Di Pegunungan Zagros di
Iran selatan, sekitar 6 km (3,7 mil) dari kota kuno Bishapur, di gua
Shapur pada keempat dari lima teras berdiri patung abad ke-3 Masehi
Shapur I, penguasa kedua dari Kekaisaran Sassanid. Patung, ukiran
dari satu stalagmit, hampir 7 m (23 kaki) tinggi.
-
COLUMNAR
Merupakan
proses penggabungan antara stalaktit dan stalakmit yang terjadi
beratus-ratus sampai beribu-ribu tahun.
PEMBUATAN
STALAKTIT,STALAGMIT DAN COLUMNAR
Alat
dan Bahan Pembuatan Media
Alat
dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan media ini adalah :
Cara
Kerja Pembuatan Media
Stereoform/gabus
dipotong-potong, kemudian dirangkai menjadi sebuah
dinding
gua menggunakan lem.
Stereoform/gabus
dibentuk menjadi kerucut-kerucut seperti bentuk stalaktit,
stalagmit dan juga berbentuk columnar.
Setelah
itu dinding gua tersebut pada bagian dalamnya di cat warna coklat.
Sedangkan, diluar dinding guanya di cat warna hijau dan stalaktit,
satlakmit dan columnar di cat warna coklat.
Tunggu
beberapa saat agar cat sampai kering.
Setalah itu
Kerucut-kerucut
tersebut ditempelkan di langit-langit dan lantai dasar gua.
Salah
satu kerucut yang terbesar dilubangi sedemikian rupa, kemudian di
atasnya dipasang bekas alat suntik printer untuk mengalirkan air
nantinya.
Setelah
itu untuk membuat
ornamen-ornamen pada atas dinding gua, dapat menggunakan
ranting-ranting bekas pohon.
Dimana
gabus dibentuk kecil-kecil di bentuk seperti pohon pohon dan di cat
warna hijau.
Setelah
gabus tersebut di bentuk seperti pohon-pohon kecil dan kemudian
ditempelkan ke ranting pohon tersebut dan di tempelkan di atas
dinding gua.
Pengecatan
akhir dilakukan untuk mempertegas warna dan penambahan
ornamen-ornamen tertentu yang dibutuhkan agar media
tersebut terlihat seperti gua.
Foto-Foto
Proses Pembuatan Media
SUMBER:
Angriani,
Parida. 2011. Modul
Mata Kuliah Pengembangan Media Pembelajaran Geografi.
Banjarmasin : PSP Geografi FKIP UNLAM.