Jumat, 01 Juni 2012

Gempa Bumi



Bentuk Muka Bumi Dari Tenaga Endogen ( Proses Gempa )

Adalah sentakan yang terjadi pada lapisan litosfer bagian dalam. Hentakan tersebut lalu dirambatkan pada litosfer ke permukaan bumi. Alat untuk mencatat gempa disebut seismograf. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan transional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit ke dalam mengalami transisi fase ke dalam lebih dari 600 km.

A. Gempa berdasarkan faktor penyebabnya dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Gempa Tektonik
yaitu gempa yang mengiringi gerakan tektonik ( retakan dan patahan ) secara mendadak hal ini terjadi jika terbentuk patahan-patahan baru atau terjadi pergeseran di sepanjang patahan akibat aktivitas di dalam kerak bumi. Gempa bumi tektonik yang bersumber dari di dasar laut, biasanya sering diikuti dengan gelombang besar atau yang sering disebut dengan tsunami, semakin besar gempa bumi. semakin besar pula kemungkinan timbul tsunami. Berikut video animasi proses terjadinya tsunami
2. Gempa Vulkanik
Yaitu gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi. Gempa vulkanik terjadi sebelum dan selama letusan gunung terjadi. Biasanya getaran yang terasa hanya di sekitar gunung api saja, untuk tempat yang jauh tidak terasa getaran.
3. Gempa Runtuhan
Yaitu gempa yang terjadi karena runtuhan. Gempa ini terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-rongga di bawah tanah, karena tidak kuat menahan atap rongga maka terjadilah runtuhan yang akhirnya mengakibatkan gempa.
4. Gempa Buatan
Yaitu gempa yang terjadi akibat ulah manusia. Contoh dari gempa jenis ini adalah gempa yang diakibatkan peledakan bom.

B. Gempa Menurut Letak Terjadinya :
1. Gempa Episentrum yaitu gempa yang terjadi di tepi kerak / lempeng samudra maupun lempeng benua.
2. Gempa Hiposentrum yaitu gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu pada lempeng samudra maupun lempeng benua. Gempa hiposentrum dapat dibedakan sebagai berikut: Gempa dangkal, yaitu gempa gempa yang kedalaman hipsentrum nya kurang dari 60 km.
Gempa intermediet / menengah yaitu gempa yang kedalaman hiposentrumnya antara 60 - 300 km
Gempa dalam yaitu yang kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 km.






http://www.youtube.com/watch?v=HXLa2YmV5wA





Pola Pemukiman Penduduk


Pola persebaran pemukiman penduduk dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan tanah, tata air, topografi dan ketersediaan sumber daya alam yang terdapat di wilayah tersebut.
Ada tiga pola pemukiman penduduk dalam hubungannya dengan bentang alamnya, yaitu sebagai berikut:
A. Pola Pemukiman Memanjang
Pola pemukiman memanjang memiliki ciri pemukiman berupa deretan memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.

1. Mengikuti Jalan
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri jalan. Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di dataran rendah yang morfologinya landai sehingga memudahkan pembangunan jalan-jalan di pemukiman. Namun pola ini sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati sarana transportasi.
 
2. Mengikuti rel kereta api
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri rel kereta api. Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di daerah perkotaan terutama di DKI Jakarta dan atau daerah padat penduduknya yang dilalui rel kereta api.

3. Mengikuti Alur Sungai
Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti aliran sungai. Biasanya pola pemukiman ini terdapat di daerah pedalaman yang memiliki sungai-sungai besar. Sungai-sungai tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan penduduk.

4. Mengikuti Garis Pantai
Daerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman penduduk yang bermata pencaharian nelayan. Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis pantai. Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan ke laut.

 
 
B. Pola Pemukiman Terpusat
Pola pemukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah dataran tinggi yang berelief kasar, dan terkadang daerahnya terisolir. Di daerah pegunungan pola pemukiman memusat mengitari mata air dan tanah yang subur. Sedangkan daerah pertambangan di pedalaman pemukiman memusat mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di pemukiman terpusat biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan dalam pekerjaan. Pola pemukiman ini sengaja dibuat untuk mempermudah komunikasi antarkeluarga atau antarteman bekerja.



 
C. Pola Pemukiman Tersebar
Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah gunung api penduduk akan mendirikan pemukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman. Sedangkan pada daerah kapur pemukiman penduduk akan tersebar mencari daerah yang memiliki kondisi air yang baik. Mata pencaharian penduduk pada pola pemukiman ini sebagian besar dalam bidang pertanian, ladang, perkebunan dan peternakan


 


Sumber :http://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/16/pola-pemukiman-penduduk/





Hujan Es



Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level. Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun ke aras yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya mencair. Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tapi bisa juga terjadi di daerah ekuator.
Proses lain yang dapat menyebabkan hujan adalah riming, dimana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terjadilah es dengan ukuran yang besar.
Hujan es disertai puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan , dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus (CB).

Bagaimana mengetahui adanya hujan es/angin puting beliung ?

Karena sifatnya yang lokal , luasannya kurang dari 10 km maupun durasinya yang sangat singat maka jika kita menggunakan model cuaca dengan grib 0,75 derajat (82,5 km), maka mempunyai perbandingan 1 : 8, kecuali kita mempunyai meso scal dengan domain yang sangat kecil kurang lebih 10 km, namun demikian fenomena tersebut sangat perlu diketahuia oleh kita yang ada diluar rumah, seperti :
  1. lebih sering terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim hujan.
  2. Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, tapi terkadang pada malam hari.
  1. satu hari sebelumnya udara pada malam hari- pagi hari udaranya panas/pengap/sumu’.
  2. sekitar pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus (awan berlapis-lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Tahap berikutnya adalah awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap.
  1. perhatikan pepohonan disekitar tempat kita berdiri, apakah ada dahan atau ranting yang sudah bergoyang cepat, jika ada maka hujan dan angin kencang sudah akan datang.
  2. terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.
  3. biasanya hujan pertama kali turun adalah hujan tiba-tiba dengan deras, apabila hujan nya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari lingkungan kita berdiri.
  4. Terdengar sambaran petir yang cukup keras, apabila indikator tersebut dirasakan oleh kita maka ada kemungkinan hujan lebat+petir dan angin kencang akan terjadi.
  5. Jika 1 atau 3 hari berturut –turut tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun tidak.
 http://www.youtube.com/watch?v=nnQrpNaDl2A

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan_es