Rabu, 16 Mei 2012

Gletser Terancam Mencair


Gletser Terancam Musnah Karena Pemanasan Global



Gletser merupakan salah satu tempat terindah di muka bumi ini. Pemandangan khas yang luar biasa ternyata akan terancam musnah ketika pemanasan global yang menerpa bumi tidak bisa dihindari lagi.
Gletser atau glasier (glesyer) adalah sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu yang lama.Saat ini, es abadi menutupi sekitar 10% daratan yang ada di bumi.Meskipun banyak orang yang mengira gletser selalu ada di daerah kutub, sesungguhnya mereka juga bisa berada di daerah pegunungan tinggi di seluruh benua, kecuali Australia, bahkan juga terdapat di pegunungan tinggi di daerah dekat khatulistiwa.
Fakta penyusutan gletser ditunjukkan dengan robohnya sebuah gunung es di Antartika yang menimpa gunung es pada gletser lain pada 26 Februari lalu. Kedua gunung es tersebut terjerembab ke laut dan hanyut bersama sejauh 62-93 mil atau 100-150 kilometer dari Antartika timur.
Adanya fakta penyusutan es ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat luas bahwa pemanasan global telah mengancam kehidupan manusia.Warga dunia kini cenderung beradaptasi dengan perubahan iklim, tidak lagi melakukan mitigasi.Menyusutnya endapan salju di berbagai belahan bumi, termasuk di puncak-puncak gunung es, merupakan bentuk nyata pemanasan global yang patut menjadi perhatian masyarakat dunia.

Gletser di Gunung Everest Mencair

Perubahan iklim menyebabkan mencairnya gletser di puncak gunung dan mengancam penduduknya.Gletser telah mencair dengan cepatnya sehingga membentuk sebuah danau glasial yang besar.Dinding danau pun tampak dalam kondisi rawan jebol.Bencana alam akibat banjir bandang tidak hanya mengancam jutaan jiwa warga di lereng dan kaki gunung, tetapi juga bisa meluluhlantakkan jutaan areal pertanian, sumber-sumber ekonomi, dan permukiman warga.Es dan salju yang mencair itu lambat laun membuat rute (trek) pendaki gunung tidak stabil dan lebih sulit dilalui.Bukit dan gunung biasanya selalu tertutup salju sekalipun pada musim panas.Sekarang salju hanya tampak di puncak tertinggi Everest.




Gletser di Puncak Everest di pegunungan Himalaya menyusut drastis.Fenomena tersebut tampak dalam dua buah foto terbaru yang menunjukkan bahwa selama 80 tahun terakhir, lapisan es di Everest menghadapi ancaman besar.Foto pertama diambil tahun 1921 oleh seorang pendaki gunung asal Inggris, George Mallory, yang meninggal saat berusaha menaklukkan Everest.  Kemudian, sebuah organisasi non-profit Asia Society menugaskan agar foto yang sama diambil dari gletser Rongbuk di lereng utara Everest di sisi Tibet pada 2007.
Gambar terakhir yang diambil oleh pendaki gunung David Breashears tersebut menunjukkan bahwa glasier di Everest menyusut dan mencair.Juru bicara Asia Society mengatakan, gambar tersebut menjadi bukti bahwa es mencair karena perubahan iklim, menimbulkan ancaman bagi sumber-sumber air di kawasan padat penduduk di India dan China.Kebenaran yang menyesakkan, bahwa es di Himalaya mulai lenyap. Foto itu mengungkap ancaman akan hilangnya massa es di sana,” katanya. Foto-foto yang sekarang sedang dipajang di sebuah pameran di New York tersebut menunjukkan bagaimana perubahan suhu bisa mempengaruhi lingkungan dengan lebih luas.
Isu mengenai pencairan gletser di Himalaya adalah isu kontroversial menyusul persoalan ‘glaciergate’.Badan ilmu pengetahuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terpaksa meminta maaf karena melakukan kekeliruan dengan menyebut bahwa glasier di Himayala bisa lenyap seluruhnya pada 2035.
Para ilmuwan mengingatkan, jika gletser terus mencair hingga akhirnya hilang, kekeringan akan melanda Asia dalam beberapa dekade mendatang dan 10 sungai besar yang bersumber di Everest bisa kering. Hal itu menjadi ancaman besar bagi 1,3 miliar penduduk yang selama ini bergantung pada sungai-sungai itu. Pemanasan global telah membawa dampak serius terhadap perekonomian nasional.Telah terjadi perubahan pola curah hujan.Gletser mencair.

20 Tahun Lagi Gletser Papua Musnah

Di Pegunungan Jayawijaya terdapat beberapa puncak yang masih berselimutkan es dan salju, antara lain Puncak Nggapulu atau Soekarno, Puncak Soemantri, dan Puncak Carstensz Timur.Adapun puncak tertingginya, Carstensz Pyramid, sudah tidak lagi tertutup gletser. Berdasarkan buku Retreat of Glaciers on Puncak Jaya, Irian Jaya, determined from 2000 and 2002 IKONOS Satellite Images yang ditulis Andrew G Klein dan Joni L Kincaid, dari 20 kilometer persegi gletser yang terdapat di Jayawijaya pada tahun 1850, telah menyusut hingga 90 persen atau hanya bersisa dua kilometer persegi setelah 150 tahun berlalu.
Tak heran jika Puncak Carstensz Pyramid yang berada di ketinggian 4.884 mdpl sudah tidak lagi berselimutkan es.Gunung Carstensz pada tahun 1986, tampak es masih menutupi tebing di sekitar puncak Carstensz hingga ketinggian sekitar 4.750 mdpl.Menurut beberapa pendaki pada tahun 1991, hamparan gletser telah meleleh.Hanya sebagian tebing yang masih tertutup es, sisanya tinggal bebatuan.Kemudian, tahun 1994, seluruh gletser telah menghilang dari puncak tertinggi di Indonesia ini. Kalaupun sekarang masih ada es yang menutupi beberapa tempat, paling bersifat sementara karena akan hilang kalau cuaca cerah.
Adanya salju di Puncak Carstensz Pyramid juga ditunjukkan oleh sebutan suku Dani bagi puncak itu, yaitu dengan nama Ndugu-Ndugu yang artinya berguguran atau berjatuhan. Ini tidak terlepas dari seringnya mereka melihat salju berguguran di puncak tersebut dulunya.Jika dilihat dari udara pada April lalu, gletser masih menghampar di ujung sisi utara (Puncak Soemantri dan Nggapulu) dan selatan Pegunungan Jayawijaya (Puncak Carstensz Timur). Namun, volume ini jauh berkurang dibandingkan pencitraan yang pernah diambil United States Geological Survey pada tahun 1936 dan 1972 yang memperlihatkan bentangan gletser menyelimuti hampir seluruh bagian puncak Jayawijaya, termasuk Cartensz Pyramid.
Penyusutan endapan salju di beberapa kawasan, termasuk Pegunungan Jayawijaya, merupakan pertanda yang tak terbantahkan.Menjadi peringatan bahwa pemanasan global telah membuat wajah bumi berubah dan menjadikan bencana semakin dekat dengan kehidupan manusia.Banjir, kekeringan berkepanjangan, suhu bumi yang terus naik, badai, dan meningginya muka air laut pun makin kerap terjadi.
Prof Lonnie G Thompson, pimpinan kelompok peneliti inti es Papua, memperkirakan bahwa dalam waktu 20 hingga 30 tahun ke depan, gletser di Gunung Cartensz, dekat Puncak Jaya, Papua, akan hilang sebagai akibat dari pemanasan global. “Hampir pasti di sini dan di tempat-tempat tropis yang lain, kira-kira dalam 30 tahun mendatang gletser akan hilang akibat perubahan iklim,” kata Lonnie Thompson yang juga guru besar pada Ohio State University di Timika, Sabtu (26/6/2010).
Thompson memimpin proyek penelitian pengeboran inti es Papua 2010 yang dilakukan atas kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State University. Sejumlah peneliti dari Amerika Serikat, Rusia, Perancis, dan Indonesia ikut dalam proyek ini. Kelompok peneliti pimpinan Lonnie Thompson selama 13 hari tinggal di tiga titik gletser yang masih ada di Papua, yaitu gletser Cartensz, E Nortwall Firs, dan W Northwall Firs yang hampir habis atau hilang.
Menurut pengakuan Lonnie Thompson, selama 13 hari berada di kawasan gletser Papua, gletser setempat mengalami penurunan sekitar 30 sentimeter.Ia memperkirakan, setiap tahun gletser Papua hilang beberapa meter. Lonnie Thompson mengatakan, proses pencairan es pada gletser Papua sangat cepat akibat dari faktor iklim. Setiap hari di kawasan itu selalu turun hujan.“Benar kalau gletser di sini kemungkinan akan cepat habis karena setiap hari turun hujan.Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang paling cepat menghabiskan gletser,” katanya.
Selama berada di kawasan gletser Papua, Lonnie dan rekan-rekannya mengambil sampel 88 meter ice core dengan mengebor enam inti es sampai dasar es, lalu dipotong-potong menjadi satu meter dan dimasukan ke dalam freezer untuk diteliti lebih lanjut di Ohio State University Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini diperkirakan akan selesai akhir tahun 2010 dan akan dipublikasikan sekitar bulan Juni 2011. “Misi pengambilan sampel es ini untuk mendapatkan informasi iklim yang masih ada di gletser Papua sebelum informasi iklim itu akan hilang semua,” ungkap Lonnie Thompson.Ia mengatakan, suhu rata-rata di kawasan gletser Papua pada siang ataupun malam hari berkisar pada 5 derajat celsius hingga minus 5 derajat celsius di bawah 0.
Menurut Lonnie, gletser yang ada di pegunungan Papua merupakan yang paling rendah dibanding dengan gletser di tempat-tempat lain di berbagai belahan dunia. “Kami sudah mengambil semua sampel es dari berbagai gunung di dunia.Yang tertinggi di pegunungan Himalaya (perbatasan Tibet dan China) dengan ketinggian sekitar 7.200 meter di atas permukaan laut.Sedangkan yang ada di Papua berada pada ketinggian di bawah 5.000 meter di atas permukaan laut,” paparnya.

Gletser Pecah, Sebabkan Tsunami 23 Meter

Gletser besar pecah dan tercebur ke sebuah danau di Peru sehingga memicu gelombang tsunami setinggi 23 meter serta menghanyutkan tiga orang dan menghancurkan instalasi pengolahan air untuk melayani 60.000 warga setempat. Pejabat setempat, Senin, mengatakan, bongkahan es itu jatuh ke dalam danau di Andes, Minggu, di dekat kota Carhuaz, sekitar 320 kilmeter di utara Lima, ibu kota Peru. Tiga orang dikhawatirkan terkubur oleh reruntuhan.
Penyidik mengatakan, potongan es dari gletser Hualcan itu berukuran 500 kali 200 meter.“Kejatuhannya dalam danau menyebabkan gelombang tsunami, yang melewati bendungan danau setinggi 23 meter. Jadi, tinggi tsunami setinggi 23 meter,” kata ahli gletser Institut Insinyur Pertambangan Peru, Patricio Vaderrama. Pemerintah setempat mengungsikan warga di ngarai pegunungan karena khawatir terjadi kerusakan lanjutan.Itu merupakan tanda-tanda yang nyata bahwa gletser mulai menghilang di Peru, tempat 70 persen dari lapangan es dunia.Ilmuwan mengatakan, suhu hangat menyebabkan es meleleh dalam waktu 20 tahun.
Pada tahun 1970, gempa bumi menyebabkan terjadi longsoran es, bebatuan, dan lumpur di Pegunungan Huascaran, yang mengubur kota Yungay, tak jauh dari Carhuaz. Peristiwa itu juga menewaskan lebih dari 20.000 orang yang tinggal di bawah puncak tertinggi di Peru, yaitu 6.768 meter di atas permukaan laut.



-http://id.wikipedia.org/wiki/Gletser





Tidak ada komentar:

Posting Komentar