Gletser Terancam
Musnah Karena Pemanasan Global
Gletser merupakan salah satu
tempat terindah di muka bumi ini. Pemandangan khas yang luar biasa ternyata
akan terancam musnah ketika pemanasan global yang menerpa bumi tidak bisa
dihindari lagi.
Gletser atau glasier (glesyer) adalah sebuah bongkahan es
yang besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi
endapan salju yang membatu selama kurun waktu yang lama.Saat ini, es abadi
menutupi sekitar 10% daratan yang ada di bumi.Meskipun banyak orang yang
mengira gletser selalu ada di daerah kutub, sesungguhnya mereka juga bisa
berada di daerah pegunungan tinggi di seluruh benua, kecuali Australia, bahkan
juga terdapat di pegunungan tinggi di daerah dekat khatulistiwa.
Fakta penyusutan gletser ditunjukkan dengan robohnya sebuah
gunung es di Antartika yang menimpa gunung es pada gletser lain pada 26
Februari lalu. Kedua gunung es tersebut terjerembab ke laut dan hanyut bersama
sejauh 62-93 mil atau 100-150 kilometer dari Antartika timur.
Adanya fakta penyusutan es ini diharapkan dapat memberikan
kesadaran bagi masyarakat luas bahwa pemanasan global telah mengancam kehidupan
manusia.Warga dunia kini cenderung beradaptasi dengan perubahan iklim, tidak
lagi melakukan mitigasi.Menyusutnya endapan salju di berbagai belahan bumi,
termasuk di puncak-puncak gunung es, merupakan bentuk nyata pemanasan global
yang patut menjadi perhatian masyarakat dunia.
Gletser di Gunung Everest Mencair
Perubahan iklim menyebabkan mencairnya gletser di puncak
gunung dan mengancam penduduknya.Gletser telah mencair dengan cepatnya sehingga
membentuk sebuah danau glasial yang besar.Dinding danau pun tampak dalam
kondisi rawan jebol.Bencana alam akibat banjir bandang tidak hanya mengancam
jutaan jiwa warga di lereng dan kaki gunung, tetapi juga bisa meluluhlantakkan
jutaan areal pertanian, sumber-sumber ekonomi, dan permukiman warga.Es dan
salju yang mencair itu lambat laun membuat rute (trek) pendaki gunung tidak
stabil dan lebih sulit dilalui.Bukit dan gunung biasanya selalu tertutup salju
sekalipun pada musim panas.Sekarang salju hanya tampak di puncak tertinggi
Everest.
Gletser di Puncak Everest di pegunungan Himalaya menyusut
drastis.Fenomena tersebut tampak dalam dua buah foto terbaru yang menunjukkan
bahwa selama 80 tahun terakhir, lapisan es di Everest menghadapi ancaman
besar.Foto pertama diambil tahun 1921 oleh seorang pendaki gunung asal Inggris,
George Mallory, yang meninggal saat berusaha menaklukkan Everest.
Kemudian, sebuah organisasi non-profit Asia Society menugaskan agar foto yang
sama diambil dari gletser Rongbuk di lereng utara Everest di sisi Tibet pada
2007.
Gambar terakhir yang diambil oleh pendaki gunung David
Breashears tersebut menunjukkan bahwa glasier di Everest menyusut dan
mencair.Juru bicara Asia Society mengatakan, gambar tersebut menjadi bukti
bahwa es mencair karena perubahan iklim, menimbulkan ancaman bagi sumber-sumber
air di kawasan padat penduduk di India dan China.Kebenaran yang menyesakkan,
bahwa es di Himalaya mulai lenyap. Foto itu mengungkap ancaman akan hilangnya
massa es di sana,” katanya. Foto-foto yang sekarang sedang dipajang di sebuah
pameran di New York tersebut menunjukkan bagaimana perubahan suhu bisa
mempengaruhi lingkungan dengan lebih luas.
Isu mengenai pencairan gletser di Himalaya adalah isu
kontroversial menyusul persoalan ‘glaciergate’.Badan ilmu pengetahuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
terpaksa meminta maaf karena melakukan kekeliruan dengan menyebut bahwa glasier
di Himayala bisa lenyap seluruhnya pada 2035.
Para ilmuwan mengingatkan, jika gletser terus mencair hingga
akhirnya hilang, kekeringan akan melanda Asia dalam beberapa dekade mendatang
dan 10 sungai besar yang bersumber di Everest bisa kering. Hal itu menjadi ancaman
besar bagi 1,3 miliar penduduk yang selama ini bergantung pada sungai-sungai
itu. Pemanasan global telah membawa dampak serius terhadap perekonomian
nasional.Telah terjadi perubahan pola curah hujan.Gletser mencair.
20 Tahun Lagi Gletser Papua Musnah
Di Pegunungan Jayawijaya terdapat beberapa puncak yang masih
berselimutkan es dan salju, antara lain Puncak Nggapulu atau Soekarno, Puncak
Soemantri, dan Puncak Carstensz Timur.Adapun puncak tertingginya, Carstensz
Pyramid, sudah tidak lagi tertutup gletser. Berdasarkan buku Retreat of
Glaciers on Puncak Jaya, Irian Jaya, determined from 2000 and 2002 IKONOS
Satellite Images yang ditulis Andrew G Klein dan Joni L Kincaid, dari 20
kilometer persegi gletser yang terdapat di Jayawijaya pada tahun 1850, telah menyusut
hingga 90 persen atau hanya bersisa dua kilometer persegi setelah 150 tahun
berlalu.
Tak heran jika Puncak Carstensz Pyramid yang berada di
ketinggian 4.884 mdpl sudah tidak lagi berselimutkan es.Gunung Carstensz pada
tahun 1986, tampak es masih menutupi tebing di sekitar puncak Carstensz hingga
ketinggian sekitar 4.750 mdpl.Menurut beberapa pendaki pada tahun 1991,
hamparan gletser telah meleleh.Hanya sebagian tebing yang masih tertutup es,
sisanya tinggal bebatuan.Kemudian, tahun 1994, seluruh gletser telah menghilang
dari puncak tertinggi di Indonesia ini. Kalaupun sekarang masih ada es yang
menutupi beberapa tempat, paling bersifat sementara karena akan hilang kalau
cuaca cerah.
Adanya salju di Puncak Carstensz Pyramid juga ditunjukkan
oleh sebutan suku Dani bagi puncak itu, yaitu dengan nama Ndugu-Ndugu yang
artinya berguguran atau berjatuhan. Ini tidak terlepas dari seringnya mereka
melihat salju berguguran di puncak tersebut dulunya.Jika dilihat dari udara
pada April lalu, gletser masih menghampar di ujung sisi utara (Puncak Soemantri
dan Nggapulu) dan selatan Pegunungan Jayawijaya (Puncak Carstensz Timur).
Namun, volume ini jauh berkurang dibandingkan pencitraan yang pernah diambil
United States Geological Survey pada tahun 1936 dan 1972 yang memperlihatkan
bentangan gletser menyelimuti hampir seluruh bagian puncak Jayawijaya, termasuk
Cartensz Pyramid.
Penyusutan endapan salju di beberapa kawasan, termasuk
Pegunungan Jayawijaya, merupakan pertanda yang tak terbantahkan.Menjadi
peringatan bahwa pemanasan global telah membuat wajah bumi berubah dan
menjadikan bencana semakin dekat dengan kehidupan manusia.Banjir, kekeringan
berkepanjangan, suhu bumi yang terus naik, badai, dan meningginya muka air laut
pun makin kerap terjadi.
Prof Lonnie G Thompson, pimpinan kelompok peneliti inti es
Papua, memperkirakan bahwa dalam waktu 20 hingga 30 tahun ke depan, gletser di
Gunung Cartensz, dekat Puncak Jaya, Papua, akan hilang sebagai akibat dari
pemanasan global. “Hampir pasti di sini dan di tempat-tempat tropis yang lain,
kira-kira dalam 30 tahun mendatang gletser akan hilang akibat perubahan iklim,”
kata Lonnie Thompson yang juga guru besar pada Ohio State University di Timika,
Sabtu (26/6/2010).
Thompson memimpin proyek penelitian pengeboran inti es Papua
2010 yang dilakukan atas kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State
University. Sejumlah peneliti dari Amerika Serikat, Rusia, Perancis, dan
Indonesia ikut dalam proyek ini. Kelompok peneliti pimpinan Lonnie Thompson
selama 13 hari tinggal di tiga titik gletser yang masih ada di Papua, yaitu
gletser Cartensz, E Nortwall Firs, dan W Northwall Firs yang hampir habis atau
hilang.
Menurut pengakuan Lonnie Thompson, selama 13 hari berada di
kawasan gletser Papua, gletser setempat mengalami penurunan sekitar 30
sentimeter.Ia memperkirakan, setiap tahun gletser Papua hilang beberapa meter.
Lonnie Thompson mengatakan, proses pencairan es pada gletser Papua sangat cepat
akibat dari faktor iklim. Setiap hari di kawasan itu selalu turun hujan.“Benar
kalau gletser di sini kemungkinan akan cepat habis karena setiap hari turun
hujan.Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang paling cepat menghabiskan
gletser,” katanya.
Selama berada di kawasan gletser Papua, Lonnie dan
rekan-rekannya mengambil sampel 88 meter ice core dengan mengebor enam inti es
sampai dasar es, lalu dipotong-potong menjadi satu meter dan dimasukan ke dalam
freezer untuk diteliti lebih lanjut di Ohio State University Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini diperkirakan akan selesai akhir tahun
2010 dan akan dipublikasikan sekitar bulan Juni 2011. “Misi pengambilan sampel
es ini untuk mendapatkan informasi iklim yang masih ada di gletser Papua
sebelum informasi iklim itu akan hilang semua,” ungkap Lonnie Thompson.Ia
mengatakan, suhu rata-rata di kawasan gletser Papua pada siang ataupun malam
hari berkisar pada 5 derajat celsius hingga minus 5 derajat celsius di bawah 0.
Menurut Lonnie, gletser yang ada di pegunungan Papua
merupakan yang paling rendah dibanding dengan gletser di tempat-tempat lain di
berbagai belahan dunia. “Kami sudah mengambil semua sampel es dari berbagai
gunung di dunia.Yang tertinggi di pegunungan Himalaya (perbatasan Tibet dan
China) dengan ketinggian sekitar 7.200 meter di atas permukaan laut.Sedangkan
yang ada di Papua berada pada ketinggian di bawah 5.000 meter di atas permukaan
laut,” paparnya.
Gletser Pecah, Sebabkan Tsunami 23 Meter
Gletser besar pecah dan tercebur ke sebuah danau di Peru
sehingga memicu gelombang tsunami setinggi 23 meter serta menghanyutkan tiga
orang dan menghancurkan instalasi pengolahan air untuk melayani 60.000 warga
setempat. Pejabat setempat, Senin, mengatakan, bongkahan es itu jatuh ke dalam
danau di Andes, Minggu, di dekat kota Carhuaz, sekitar 320 kilmeter di utara
Lima, ibu kota Peru. Tiga orang dikhawatirkan terkubur oleh reruntuhan.
Penyidik mengatakan, potongan es dari gletser Hualcan itu
berukuran 500 kali 200 meter.“Kejatuhannya dalam danau menyebabkan gelombang
tsunami, yang melewati bendungan danau setinggi 23 meter. Jadi, tinggi tsunami
setinggi 23 meter,” kata ahli gletser Institut Insinyur Pertambangan Peru,
Patricio Vaderrama. Pemerintah setempat mengungsikan warga di ngarai pegunungan
karena khawatir terjadi kerusakan lanjutan.Itu merupakan tanda-tanda yang nyata
bahwa gletser mulai menghilang di Peru, tempat 70 persen dari lapangan es
dunia.Ilmuwan mengatakan, suhu hangat menyebabkan es meleleh dalam waktu 20
tahun.
Pada tahun 1970, gempa bumi menyebabkan terjadi longsoran
es, bebatuan, dan lumpur di Pegunungan Huascaran, yang mengubur kota Yungay,
tak jauh dari Carhuaz. Peristiwa itu juga menewaskan lebih dari 20.000 orang
yang tinggal di bawah puncak tertinggi di Peru, yaitu 6.768 meter di atas permukaan
laut.
-http://id.wikipedia.org/wiki/Gletser
Tidak ada komentar:
Posting Komentar